Buku Fiksi (Novel) saat ini memiliki berbagai macam genre. Salah satunya genre buku fiksi yang menarik untuk dibaca adalah fiksi sejarah. Buku fiksi sejarah ini membantu melengkapi potongan-potongan sejarah dengan pemahaman yang lebih mudah diterima oleh generasi muda.
Buku fiksi sejarah (Novel) tidak hanya membuat proses pembelajaran menjadi lebih mudah dan mengasyikkan. Keberadaannya juga mampu membangkitkan empati, meningkatkan pemahaman, dan menjadikan perjalanan memahami masa lalu sebagai kegiatan yang bisa dinikmati semua orang. Nah, langsung saja kita bahas buku fiksi sejarah yang bisa dibaca untuk mengisi waktu luang serta menambah pengetahuan, yaitu:
Buku Fiksi Sejarah Pertama Adalah Tetralogi Buru – Pramoedya Ananta Toer
Pramoedya Ananta Toer adalah seorang sastrawan hebat Indonesia yang telah menghasilkan lebih dari 50 karya. Di antara sekian banyak karya Beliau, Tetralogi Buru adalah karyanya yang paling terkenal. Tetralogi Pulau Buru pun terdiri dari empat bagian yakni Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah dan seri terakhir, Rumah Kaca.
Secara umum, Tetralogi Buru menceritakan perjalanan tokoh utama seorang jurnalis bernama Minke dalam perjuangan kemerdekaan dan melawan penjajahan Belanda. Minke memimpin perjuangan ini melalui tulisan-tulisannya yang dimuat di surat kabar.
Kisah ini memiliki latar belakang terbentuknya negara Indonesia pada abad ke-20. Melalui karyanya, Pram menggambarkan situasi penindasan dan penderitaan masyarakat adat, kesenjangan antara kelas dan kelompok, dan cerita-cerita lain yang berhasil membuat pembaca hanyut dalam kisah sejarah di dalamnya.
Kedua Adalah Ronggeng Dukuh Paruk – Ahmad Tohari
Pernahkah kalian menonton film Sang Penari 2011? Film ini adalah adaptasi dari novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari.
Pada tahun 1980-an, novel ini ditulis sebagai trilogi dengan judul Ronggeng Dukuh Paruk, Lintang Kemukus Dini Hari dan Jentera Bianglala. Namun pada edisi terbaru, ketiga novel tersebut digabungkan dalam satu judul, yaitu Ronggeng Dukuh Paruk.
Novel ini berkisah tentang tokoh utama bernama Srintil yang dinobatkan sebagai Ronggeng baru di sebuah kota bernama Dukuh Paruk. Bagi desa kecil, miskin dan terpencil, Ronggeng adalah bagian yang sangat penting. Tanpa mereka, desa akan kehilangan identitasnya.
Sayangnya, kerusuhan politik pada tahun 1965 menghancurkan desa. Penduduk juga terlibat dalam kerusuhan. Dusun Paruk dibakar sedangkan Ronggeng dan penabuh Calungnya dijadikan tapol (tahanan politik).
Ronggeng Dukuh Paruk menunjukkan dampak peristiwa politik terhadap masyarakat biasa yang tinggal di desa-desa terpencil. Novel ini adalah corong cerita yang tidak diabadikan oleh sejarah Indonesia.
Terakhir Adalah Laut Bercerita – Leila S. Chudori
Laut Bercerita memiliki setting waktu yang menitikberatkan pada masa reformasi sekitar tahun 1998. Kisah ini menceritakan perjalanan aktivis mahasiswa yang berjuang untuk menyuarakan kebebasan dan melawan ketidakadilan dalam kekuasaan.
Tindakan dan keberanian Laut dan kawan-kawan semakin dibatasi dan ditekan oleh berbagai pihak yang berkuasa. Meskipun demikian, mereka masih mencoba untuk bertarung di tempat persembunyian masing-masing. Perjuangan ini kemudian berakhir dengan penganiayaan, penangkapan dan penghilangan paksa
Dalam buku ini, Leila S. Chudori mengajak pembaca untuk merasakan drama dan tragedi yang menimpa para tokohnya. Kedua pandangan tersebut juga mendorong munculnya rasa empati terhadap peristiwa yang melingkupi perjalanan bangsa, terutama pada tahun-tahun menjelang dan setelah reformasi.
Demikian informasi rekomendasi buku fiksi sejarah versi Detik IDN. Ternyata menarik, kan, belajar sejarah melalui novel fiksi? Maka tidak perlu ragu membaca dan menyelami sejarah Indonesia.